Pages

Senin, 30 April 2012

Puisi Anak I-X-U

Holla !
Hari ini gue mau post puisi bikinan anak satu kelas di kelas gue *ehm. Ini tuh tentang suatu ketidakadilan yang pernah gue dan temen-temen gue rasain. Puisinya emang gak bagus dan rada-rada emosional gitu, kita-kita masih pada labil. Tapi sekarang udah tobat kok, gak lagi-lagi deh kayak gitu *wink

ADILKAH !

Adilkah ?
Ketika seorang panitia dari suatu perlombaan lebih memberikan penghargaan pada juara ke - 2, 3, 4, 5, 6, bahkan 7
Baru kemudian memberi penghargaan yang terlambat pada sang juara 1 dengan lebih sedikit ?
Tidak ! Sungguh !
Namun inilah yang terjadi..
Memang,
Sungguh sulit memperoleh keadilan bagi kami yang terbelakang..
Namun, kami juga membutuhkan !
   Kalian memilih kami dahulu,
   Namun kalian lebih memperhatikan mereka.
   Lantas, apa gunanya kami ini ?
Ketidak adilan yang terselubung
Namun sangat jelas terlihat..
Tak mampu dicerna oleh indra penglihatan
Namun sungguh mudah diterka oleh saraf otak

Our voice from IXU class .. 
Ayhalicious 

Minggu, 29 April 2012

Dear Diary

Sulit untuk merangkai kata ketika berhadapan dengannya. Dia membuatku seolah terhipnotis. Membuatku bengong, berlagak seperti orang bodoh, salah tingkah. Padahal hanya untuk sekadar berkata hai, selamat pagi, hari yang cerah . Bahkan untuk membentuk suatu lengkung senyuman manis pun tak bisa :(
Ada apa ini? Dulu tak seperti ini. Dulu aku biasa berbicara dengannya, bersenda gurau, bernyanyi, berdiskusi. Namun sekarang berbeda, aku malu bertatap mata dengannya. Benar-benar malu !Seperti lirik lagu Project Pop "Dia jauh aku cemas tapi hati rindu, dia dekat aku senang tapi salah tingkah". Repotnya jatuh cinta :D
Ayhalicious

Kamis, 05 April 2012

Pernah (˘̩̩̩.˘̩ƪ)

Aku mengerahkan rasa yang kupunya pada ujung jemari. Membuatnya menari bersama hujan yang menyapa Bumi.
Kamu membenci hujan. Becek, lembab, basah dan membuatmu merana. Namun kita sama-sama mencintai pelangi setelah hujan reda.
Hujan, tak selalu menghantarkan rindu. Terkadang dia mengirimkan tetesan yang memukul dinding masa lalu. 
Aku pernah bertanya: bisakah hujan melarutkan rasa gundah? Sayang, hujan terlalu malas untuk berbalas sapa.
Aku pernah mencintai hujan yang membantuku menyamarkan air mata. Aku membenci kepalsuan tapi harus tersenyum walau duka meraja.
Bagiku, romantis bukan ketika menatap hujan yang merintik dalam gerak lambat. Tapi merekam setiap senyum yang pernah kamu buat.
Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan tadi. 
Kamu, jarang merangkai aksara indah. Tapi kamu selalu berhasil mengusir airmata dan menghadirkan tawa. 
Namun, semua yang kini aku genggam hanyalah satu kata: pernah. Bisa kah kamu kembali menjadi kamu? Akankah kamu dan aku melebur menjadi kita? 
…….. karena aku tak pernah suka pada kata pernah. 
………………………………………………………tak pernah. 


Karenina Nina